Kamis, 26 Mei 2011

PERDEBATAN TEOLOGI ISLAM DAN KRISTEN: Sebuah Resensi

IDENTITAS BUKU
a.    Judul        : Teologi Islam VS Kristen
b.    Penulis     : Qasim Nurseha Dzulhadi
c.    Pengantar    : Dr. Syamsudin Arif dan Dr. Adian Husaini, MA.
d.    Penerbit    : Pustaka Da’i
e.    Cetakan    : Pertama, November 2010
f.    Tebal Halaman: 211 Hlm

ISI BUKU
    Al Qur’an menegaskan sejak awal turunnya bahwa Islam merupakan agama dialog. Sehingga tidak heran jika di dalam Al Qur’an ditemukan kisah dialog. Seperti: dialog para nabi dengan umatnya, bahkan Allah berdialog dengan makhluk yang dilaknatnya, iblis.
    Oleh karena itu, Islam tidak terkejut ketika hadir seruan untuk melakukan “dialog agama (al-hiwar al-dini)” yang sudah pasti menyentuh ranah dialog teologis (al-hiwar al-lahuti, al-hiwar al-‘aqdi). Dialog agama atau dialog teologis dalam Islam memiliki dasar yang fundamental dalam Al Qur’an (QS. Ali ‘Imran [3]: 64, “Katakanlah: “Waha Ahli Kitab, marilah (berpegang) pada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak kita menyembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah.”
    Dengan adanya dialog dalam Islam, maka hadirlah buku ini yang berisi beberapa dialog antara teologi Islam dan Kristen. 
    Buku berjudul Teologi Islam VS Kristen ini hadir untuk memberikan sanggahan terhadap buku Menuju Dialog Islam dan Kristen yang ditulis oleh Bambang Noorsena. Dalam buku ini memuat beberapa pernyataan Bambang Noorsena dalam bukunya yang kemudian diberikan sanggahan oleh sang penulis buku ini, Qasim Nurseha Dzulhadi.
Tanggapan pertama yang diberikan dalam buku ini adalah untuk menanggapi pernyataan Bambang Noorsena yang diungkapkan dalam bukunya di halaman 6, paragraph 1 yang menyatakan bahwa “reaksi Al Qur’an yang kerap kali kritis terhadap berbagai bentuk akidah Kristen, tidak semua didasarkan atas sebuah kekristenan yang ortodok. Akan tetapi, lebih diarahkan pada praktek-praktek populer penganut sekte-sekte bidah (heresy) Kristen di Mekkah.”
    Sanggahan yang diberikan buku ini terhadap pernyataan di atas bahwasanya Al Qur’an bukan hanya mengkritisi hal tersebut. Oleh karenanya, Al Qur’an juga tidak luput dalam mengkritisi sekte Kristen ortodoks. Sebagai contoh, Kristen Katolik dan Kristen Protestan mengatakan (menganggap) bahwa Yesus Kristus merupakan oknum kedua dari tiga oknum “Tuhan” (Trinitas), dan Allah dianggap sebagai oknum pertama, sedangkan roh kudus dianggap oknum ketiga. Sedangkan Kristen Ortodoks mengatakan bahwa Yesus merupakan Tuhan alam semesta yang muncul dalam bentuk (wujud) manusia, sehingga Allah mengkafirkan sekte Kristen Katolik dan Protestan (QS. 5: 73) dan mengkafirkan sekte Kristen Ortodoks (QS. 5: 72) sekaligus. Jadi, tidak benar jika Bambang mengatakan bahwa sikap kritis Al Qur’an hanya terbatas pada Kristen heretik Mekkah.
    Pada halaman berikutnya, buku ini memberikan sanggahan atas pernyataan Bambang yang menyatakan bahwa penilaian Islam terhadap Kristen itu semuanya sesat dan menyimpang. Misalnya tanggapan Islam tentang keilahian Yesus. Ternyata Al Qur’an menolak semacam bentuk aliran mujassimah (antroporfmisme) Kristen yang meyakini bahwa Allah identik dengan kemanusiaan Al Masih. Penolakan Al Qur’an atas keilahian Yesus karena bersama Maryam ia melakukan kegiatan jasmani seperti makan makanan.
Melihat pernyataan tersebut di atas, buku ini pun menjelaskan bahwa penilaian Islam merupakan penilaian yang objektif dan benar. Penolakan Al Qur’an terhadap keilahian Yesus tidak hanya terbatas pada kegiatan sederhana Yesus seperti itu. Lebih dari itu, Al Qur’an justru melakukan afirmasi terhadap apa yang dilakukan Bibel sendiri dalam menolak ketuhanan Yesus tersebut. Di dalam Injil sendiri dikatakan bahwa Yesus memohon pertolongan Tuhan (Matius 27: 46), bersusah hati (Matius 26: 38), menangis (Yohanes 11: 35), sangat takut sekali (Lukas 22: 44), seperti manusia (Markus 10: 17), dan merasa lapar (Matius 21: 18). Ini semuanya menunjukkan aktivitas manusia, dan seluruh aktivitas manusia, dan seluruh aktivitas manusia bukanlah hal yang layak dinisbatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak ada sesuatupun yang menyamai-Nya (QS. 112: 4). Al Qur’an mengecam dan memandang kafir semua aliran Kristen yang mempertuhankan Yesus, baik yang dianggap sesat oleh mainstream Kristen maupun Kristen mainstream itu sendiri.
Buku ini juga menjelaskan bahwa unsur ketuhanan/keilahian Yesus sama sekali tidak benar. Kalau kita mau menggunakan akal sehat, ternyata kita tidak ada bedanya dengan Yesus. Bedanya hanya dari segi proses kelahiran yang unnatural itu saja, tidak lebih. Kita juga berasal dari Tuhan, tercipta melalui firman-Nya; kun fayakun. Kalau demikian kita juga memiliki dua unsur: unsur ketuhanan, yaitu kehidupan kita yang berasal dari Tuhan, dan unsur manusia, yaitu tubuh kita yang konkret ini.
Selain teologi Islam dan Kristen, buku ini juga menjabarkan tentang agama-agama yang menyembah selain Allah. Diantaranya Yahudi dan Nasrani, agama Majusi, Penganut agama Sabea (ash-Shabi’un), kelompok al-Hunafa’, dan agama Jahiliyah (al-Din al-Jahili).
1. Yahudi dan Nasrani
    Agama Yahudi dan Nasrani memiliki pengaruh dalam perkembangan pemikiran keagamaan orang Arab yang lebih dahulu muncul. Sementara itu, agama Nasrani lebih luas menyebar dibanding agama Yahudi.
    Hal itu disebabkan karena hubungan baik mereka dengan umat Islam dan hubungan damai dengan gerakan dakwah yang baru. Berbeda dengan Yahudi, yang menentang dakwah dan melakukan pelbagai makar dan rekayasa dalam memerangi Rasulullah dan dakwahnya. Meskipun demikian, ada kelompok dari Yahudi dan Nasrani yang beriman dan mengikuti Rasul saw. Al Qur’an sendiri yang merekam dialog (adu argumentasi, al-jadal) yang terjadi antara Rasul, Yahudi, dan Nasrani.
2. Agama Majusi
    Para ahli menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Majusi adalah mereka yang menyatakan adanya dua sumber: cahaya dan kegelapan (al-nur wa al-zhulmah). Secara global penganut agama ini adalah penduduk Jazirah Arab dari kalangan orang-orang Persia yang bermukim di Bahrain, Yaman dan Oman.
3. Penganut Agama Sabea (ash-Shabi’un)
    Mayoritas mufassirun berpendapat bahwa yang dimaksud dengan al Shabi’un adalah agama Sabea yang masih diperselisihkan keyakinan para pemeluknya. Ada yang mengatakan bahwa mereka bagian dari Majusi, atau mereka adalah para penyembah malaikat (‘ubbad al-mala’ikah), benda-benda langit atau matahari.
4. Kelompok al-Hunafa’
    Al-Hunafa dikenal oleh umat Islam sebagai orang-orang Jahiliyah yang menganut agama Ibrahim. Mereka tidak menyekutukan Tuhan mereka, tidak masuk ke dalam agama Yahudi dan Nasrani, tidak menjadikan penyembahan terhadap berhala sebagai satu agama. Bahkan mereka menganggap bahwa peribadatan itu dan orang-orang yang mengatakannya sebagai perbuatan bodoh.
5. Agama Jahiliyah (al-Din al-Jahili)
    Agama ini disimbolkan dengan kata syirik.
    
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
    Segala hal yang ada di dunia ini pasti memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Begitu halnya dengan sebuah buku yang tidak lepas dari penilaian baik dan buruk. Dan buku Teologi Islam Vs Kristen ini pun juga memiliki kelebihan dan kekurangan. 

    Secara keseluruhan buku ini sangat bagus. Setiap bab dalam buku ini selalu diakhiri dengan referensi yang digunakan. Jadi, ini menunjukkan bahwa tulisan-tulisan yang ada di buku ini tidak hanya sekedar dari sudut pandang sang penulis itu sendiri, namun juga berasal dari berbagai macam sumber yang tidak hanya berasal dari buku saja melainkan dari sumber kitab suci baik Al Qur’an maupun Injil. Penjelasan yang dipaparkan dalam buku ini begitu jelas dan rinci. Dan kelebihan lain dari buku ini adalah bisa membantu untuk meningkatkan keimanan kita dan mempercayai bahwa tiada Tuhan selain Allah. Karena melalui buku ini bisa menambah keyakinan kita bahwa Allah lah Tuhan yang paling benar di dunia ini. Adapun Tuhan selain Allah sangat diragukan Keilahiannya. Pernyataan ini bukan hanya sekedar opini penulis melainkan besarkan apa yang ditulis dalam kitab suci agama non Islam dalam hal ini kitab Injil.
    Selain sisi baik tentang buku ini yang telah disebutkan di atas, buku ini juga memiliki sisi buruk. Pemaparan sisi buruk di sini bukanlah untuk memojokkan sebuah buku, namun untuk memberikan masukan pada pihak yang terlibat dalam pembuatan buku agar bisa belajar dari kekurangan-kekurangan yang ada sehingga bisa menghasilkan buku yang lebih baik. Adapun Sisi buruk dari buku ini adalah kata-kata yang digunakan merupakan bahasa yang tinggi menurut saya karena buku ini sesungguhnya ditujukan untuk orang-orang yang benar-benar menguasai ilmu teologi. Jadi, untuk orang yang baru belajar ilmu teologi akan kesulitan memahami bahasa di buku ini.

IDENTITAS PENULIS
    Buku berjudul Teologi Islam VS Kristen ini merupakan buku yang ditulis oleh Qosim Nursheha Dzulhadi yang sudah lama berkecimpung di dunia kepenulisan. Staf Pengajar di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan-Sumatera Utara ini kini aktif menulis di Majalah Suara Hidayatullah dan beberapa situs Islam. Karya Tulis pria lulusan S1 Al-Azhar University Kairo yang pernah diterbitkan pun lebih dari satu. Salah satunya adalah Kontributor sekaligus editor buku Kodifikasi Sunnah: Dari Zaman Rasul S.A.W. hingga isu-isu Kontemporer, (Mesir: HMM Press, 2006).

PENUTUP
    Dari penjelasan tentang buku Teologi Islam Vs Kristen di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa buku ini merupakan rekomendasi yang sangat cocok bagi para pembaca yang menginginkan bacaan tentang teologi. Buku ini juga sangat berguna bagi orang-orang yang masih meragukan keesaan Allah. Melalui buku ini semuanya akan terjawab dengan sangat jelas. Sehingga kita tidak ragu lagi pada Allah SWT dan juga pada Islam, agama yang paling benar di muka bumi ini.

Tidak ada komentar: